Sampah sebukit? Waduh membayangkannya saja membuat kita bingung bagaimana cara mengatasinya. Seperti kita ketahui, sampah menjadi permasalahan yang sangat pelik di dunia. Terutama sampah plastik sangat sulit untuk diuraikan. Banyak orang yang mencari cara agar mengurangi penggunaan plastik mulai dari lebih memilih untuk menggunakan tas kain dibandingkan kantong keresek. Atau mulai membawa botol minum yang dapat digunakan berulang dibandingkan menggunakan botol minum plastik sekali pakai.
Berbicara perihal jenis plastik menurut Suminto, 2017 mengatakan bahwa plastik dibagi ke dalam beberapa jenis mulai dari PET (PolyEtylene Terephthalate) yang bersifat karsinogenik bila dipakai berulang terutama menggunakan air panas. Hal ini dapat menyebabkan kanker. Ada pula PP (PolyPrpylene) memiliki sifat yang tahan terhadap bahan kimia. PE (PolyEtylene) bersifat licin dan fleksibel biasanya digunakan sebagai kantung platik. Lalu ada jenis yang lainnya adalah PVC (Polyvinyl Chloride), PS(Poly Steryne), PTFE-Teflon (Polytetrafluoroethylene), LDPE.
Dari berbagai jenis plastik yang telah disebutkan dari mulai dari sifatnya yang tahan dari panas maupun lunak itu dapat menjadi gambaran bagaimana plastik memiliki tingkat kesulitan dalam penguraiannya tersendiri. plastik tidak hanya sulit untuk diurai. Plastik juga dapat bersifat karsinogenik. Beberapa masyarakat Indonesia sendiri masih melakukan beberapa cara yang lebih mudah dalam menghilangkan kehadiran sampah plastik ini dengan cara membakarnya. Padahal menurut penelitian pembakaran plastik dapat menghasilkan bahan kimia yang beracun. Ketika plastik dibakar, petrokimia yang terkandung dalam plastik akan bergabung dan membentuk sutu dioksin. Dioksin sendiri merupakan racun yang dapat mencemari udara melalui asap maupun air melalui abu (Suminto, 2017). Lalu racun ini akan berdampak ke mana? Seperti kita ketahui bahwa tumbuhan, hewan dan manusia membutuhkan air. Air yang telah tercemar dapat saja menyerap ke dalam tubuh, atau air bisa saja di serap dan digunakan oleh tumbuhan dan hewan yang akhirnya akan dikonsumsi oleh manusia.
Bila membaca hal itu saja sudah membuat bulu kuduk kita berdiri, karena kita mengetahui masih banyak orang yang memilih cara untuk mebakar sampah platik dibanding membuangnya ke TPU. Tapi sama saja, di TPU terkadang kita menemukan sampah yang akhirnya menumpuk dan akhirnya tidak tahu kemana. Maka dari itu, telah ditemukan inovasi baru untuk mengatasi sampah plastik yaitu dengan Ecobrick. Ecobrick adalah brick yang dibuat dari botol plastik yang diisi oleh plastik (Manisha dan Navinderdeep 2017). Dalam pembuatannya sendiri memiliki beberapa kriteria yang perlu dipenuhi seperti plastikdan botol yang telah bersih dan kering. Hal ini agar terhindar dari aktivitas mikroorganisme yang biasa kita temui dalam sisa makanan yang menempel di plastik yaitu pembusukan yang menimbulkan bau. Setelah memasukan beberapa material plastik ke dalam botol, perlu ditimbang dengan berat 200-250 gram dan harus kedap udara.
Selain tidak menimbulkan sampah plastik berceceran dimana-mana botol plastik yang kita gunakan dapat dijadikan berabagai alat yang berguna lainnya. Bila ingin membuat suatu karya melalui Ecobrick ini, disarankan untuk menggunakan botol dengan bentuk yang sama. Beberapa inovasi yang telah saya telusuri dari ecobrick ini dapat menjadi sebuah pengganti tembok, kursi, atau mungkin kita dapat membuat perahu dengan botol-botol ini. Bukan hanya itu saja, sering kita temui pedagang minuman seduh sering membuangnya begitu saja. Padahal bila dilihat dari warnanya banyak dan beragam warna dan desain yang telah dibuat sedemikian rupa untuk produk tersebut. salah satunya adalah minuman seduh yang dimiliki oleh marimas. Mulai dari rasa Jeruk Jepang yang kemasannya bercorak bunga bunga. Lalu ada mangga India yang didesain dengan motif ala India. Memag produk dari Marimas ini kita ketahui didominasi oleh warna kuning atau pun orange. Tapi dengan desain motif yang unik dari masing-masing kemasan serta warna orange dan kuning yang mencolok memberi nilai seni yang tinggi dan menarik bila kemasan bekas Marimas ini dibentuk menjadi suatu ecobrick.
Maka dari itu, ayo kita mulai merubah dan membentuk hal positif, salah satunya adalah dengan membuat ecobrick dibalut oleh nilai seni yang tinggi karena warna yang ditimbulkan oleh kemasan Marimas di dalamnya. Kita bisa menggunakan Ecobrick ini selain hemat uang juga dapat hemat sampah. jadi kita bisa membuat inovasi apa pun bukan? Tanpa takut air yang tembus atau mengeluarkan uang kembali. Jadi, nanti kalau kamu membeli minuman seduh Marimas bilang kepada pedagangnya untuk meminta kemasan tersebut. Lalu dari ecobrick ini kita juga dapat belajar untuk lebih menghargai karya orang lain, karena jika kamu tahu dalam pembuatan suatu kemasan produk dibutuhkan ketelitian dalam penentuan warna, teks, atau ukuran. Bahkan untuk membuat satu kemasan saja dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Selain menghargai karya orang lain, kembali lagi kepada alam jika bukan kita yang menjaga dan mencegah hal buruk terjadi maka siapa lagi? Kamu saja ingin dicintai, apalagi alam bukan?
Sumber:
Manisha and Navinderdeep Singh. 2017. Investigating Strength and Properties of Ecoladrillo: Ecobricks. International Journal of Civil Engineering and Technology (IJCIET). Volume 8(7):134-143.
Suminto, Sekartaji. 2017. Ecobrick: Solusi Cerdas dan Kreatif untuk Mengatasi Sampah Plastik. Productum. Vol 3(1):26-34.

Comentarios