Berbicara perihal duyung, yang kalian ketahui pasti sebuah manusia cantik yang memiliki tubuh seperti ikan yang berenang dan kalau nangis akan mengeluarkan mutiara. Tidak, tidak. Duyung yang dimaksud adalah seekor hewan herbivore yang hobinya memakan lamun. Apasih lamun itu? Lamun adalah tumbuhan tingkat tinggi (Magnoliophyta) yang dapat menyesuaikan diri hidup terbenam di laut dangkal (Wood et al., 1969). Jadi Lamun berbeda ya dengan rumput laut, perbedaannya adalah rumput laut yang memiliki holdfast sedangkan lamun memiliki akar. Menurut Azkab (1998) meyatakan bahwa jenis Lamun yang digemari oleh Duyung adalah Halodule uninervsis, H. pinifolia, Syringodium isoetifolium, Halophila ovali, H. spinulosa, Cymodocea rotundata, C. serrulata, Thalasia hemprichii dan Zostera capricorni dan 90% isi perut dari seekor Duyung atau Dugong ini adalah Lamun.
Berdasarkan artikel Mongobay, populasi Dugong di Indonesia pada tahun 1970 sekitar 10.000 pada tahun 1994 menurun menjadi sekitar 1000. Hal ini terus menurun dengan beberapa faktor penyebab yang terjadi. Pada saat ini, telah ditemukan beberapa pemanfaatan Lamun untuk kebutuhan manusia, sebagai antioksidan alami dan antibakteri. Sehingga, banyak pula orang-orang yang akan mencari Lamun ini. Mungkin kalian tahu apa yang terjadi selanjutnya bila sesuatu yang bermanfaat bagi manusia akan diburu. beberapa orang terkadang melakukan tindakan Biopiracy. Sebagian lainnya orang ternyata telah sadar akan pentingnya keberadaan Lamun, dengan membuat sebuah program TRIMADES (Trikora Seagrass Management Demonstration Site) di Pantai Timur Pulau Bintan (Kepulauan Riau) yang menghasilkan sebuah Daerah Perlindungan Padang Lamun (DPPL). Namun, beberapa hal lain pun dapat mempengaruhi keberadaan lamun secara tidak langsung salah satunya adalah berkurangnya Lamun misalnya akibat aktifitas manusia yang membuang limbah yang kandungannya dapat mencemari laut dan berdampak pada kehidupan di dalamnya termasuk Lamun.
Makin hari, Lamun semakin sedikit. Akhirnya Dugong melamun karena bingung harus memakan apa. Kenyataannya, Dugong sendiri memiliki hubungan simbiosis mutualisme dengan Lamun. Dengan hadirnya Dugong dapat membuat ladang lamun menjadi sumbur, dan Padang Lamun menyediakan “rumah” bagi makhluk lain seperti ikan yang sebagian atau seluruh hidupnya hidup di dalam padang Lamun itu sendiri. Ko bisa sih, yang makanin tapi bikin subur? hm, mungkin hal ini membuat mu bingung. Beberapa penelitian menyatakan bahwa Dugong berperilaku mengacak-acak Lamun yang ternyata nih, bisa membuat padang Lamun tersebut malah menjadi subur.
Masih banyak orang yang belum sadar akan kehadiran si cantik Dugong dan Si Lamun. Dalam hal ini, tidak hanya peran seoorang pengamat lingkungan saja yang harus mengambil tindakan. Masyarakat pun perlu peran di dalamnya, hal ini dapat dimulai sejak dini. Seperti mulai mempelajari rantai makanan, fungsi serta dampak apa yang terjadi apabila salah satu komponen menghilang. Orang-orang terkadang lebih tertarik terhadap kehadiran meme berupa suatu sindiran, humor, serta fakta yang tejadi. Metode ini pun dapat kita gunakan sebagai media penyampaian betapa pentingnya kehadiran Dugong serta Lamun. Ada pun cara lain seperti tidak mencemari lingkungan dengan tidak mencemari sungai, pantai, selokan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Masih bingung dan sulit bagaimana peran kita dalam masalah tersebut? minimal nih lebih berempati terhadap keadaan Dugong. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya sulit mencari makan. Kalau kita ga ngemil aja, rasanya seperti tidak makan berhari-hari. Dengan rasa empati ini, dapat menimbulkan gerakan yang setidaknya kita tidak menjadi salah satu sosok yang dapat menganggu keberadaan Lamun dan Dugong
Wood, E. J. F., W. E. Odum & J. C. Zieman. 1969. Influence of The Seagrasses On the Productivity of Coastal Lagoons, Laguna Costeras. Un Simposio Mem. Simp. Intern.\U.N.A.M.-UNESCO, Mexico.
Azkab. 1998. Duyung Sebagai Pemakan Lamun. Oseana. Volume XXIII, Nomor 3 & 4: 35 - 39
Comentários