Suara denting jam kamar terdengar di malam yang hening. Dia berdenting tiada henti, tidak malas dan tidak membangkang terhadap tugasnya. Mungkin ia akan berhenti hanya ketika baterai nya telah habis. Berbeda dengan keadaan ku, yang hanya tertidur di kamar dengan sebuah handphone di tangan ku.

Ku mainkan setiap tombol yang ku lihat pada hand phone ku. Scroll down, scroll up jempol ku bekerja tidak berhenti berkolaborasi dengan ke dua mata yang masih terjaga melihat setiap postingan yang belum tentu ku kenali siapa yang memposting setiap hal yang ada pada timeline akun sosial media ku.
Setiap postingan yang berisi kan hal-hal yang aku setujui atau ku sukai, sering kali aku memberi kan like setiap postingan tersebut.
Sejenak ku terdiam dan bingung untuk setiap postingan yang aku lihat di dalam timeline ku dominan berisi kata "Rindu". Entahlah rasanya seperti hatiku terketuk untuk membaca setiap hal tersebut. Layaknya virus, yang bisa menular pada siapa saja. Rasa rindu itu tumbuh dalam diriku ini.
Bukan "rindu" layaknya kisah cinta remaja, rindu ini lain. Aku rindu dahulu kala, masa dimana fikir ku masih tidak memikirkan nilai, bermain sesuka ku, berpetualang berkhayal sebagai seorang bolang, berlari di tengah sawah. Ingatan ku melayang pada masa sekolah dasar dulu.
Aku pun rindu masa dimana aku bisa berlatih menari bersama teman ku dulu, bercerita mengenai bias Korea, rindu kuah cuanki yang harganya dulu masih 3 ribu dengan 8 biji siomay. Aku rindu masa smp dulu.
Aku pun rindu masa dimana rapat hingga sore karena membicarakan proker, rindu akan suasana kantin dengan baso nya yang ku fikir rasanya tidak ada yang bisa menyamakannya, aku rindu membicara kan hal-hal konyol melalui grup BBM osis, aku rindu dengan konsumsi panitia yang hanya dua kue roti dan bahagia dengan konsumsi berisi kan nasi bungkus, rindu akan tugas akhir yang membuat detik demi detik perpisahan kami pun semakin terasa.
Aku rindu masa itu.
Orang bilang rindu itu berat, aku fikir tidak.
Orang bilang rindu itu harus di bayar tuntas, aku fikir tidak.
Terkadang beberapa rindu memang sulit untuk dihilangkan.
Rindu itu ku rasakan seperti layaknya seorang pembeli yang datang ke dalam sebuah toko lalu pergi. Walaupun dia langganan, toh dia akan pergi pula dia tidak akan diam di tempat. Dia akan pergi, pergi dengan seiring waktu yang berjalan. Fikiran mu dikendalikan oleh dirimu, ketika kamu melupakan, maka hal itu akan terlupakan.
Bila fikir mu terlalu fokus kepadanya, rindu itu akan terus hadir.
Akan kah rindu itu hadir lagi? Jangan tanya aku. Aku bukan peramal.
Comments